![]() |
| Sembahyang sejenak sebelum Melasti di Pura Dharma Kerthi, Sabtu (29/3). F/Faradilla |
Bila hendak menyaksikan upacara keagamaan umat Hindu di Pulau Bintan, cukup datang ke kawasan Pasar Oleh-oleh Lagoi. Meski tak seramai di Bali, bagi umat Hindu di sini, Nyepi punya arti tersendiri.
FATIH MUFTIH, Bintan.
Data mutakhir pemeluk agama Hindu yang bermukim di Kepuluan Riau menyebutkan, ada 10.235 orang yang tersebar di seluruh kabupaten/kota. Batam ada di peringkat pertama dengan total 8.961 orang. Sedangkan Bintan di urutan kedua dengan jumlah 624 orang. Ada pun pemeluk agama Hindu yang tinggal di Tanjungpinang, ibu kota Kepri, hanya 75 orang saja. “Tapi ini data per Desember 2013 lho, Mas,” terang Purwadi, penyuluh agama Hindu Kantor Wilayah Kemenag Kepri, Jumat (22/3), sepekan lalu. Sementara hingga Maret ini, kata dia, data itu belum diperbarui. Dikarenakan setiap tahunnya, angka-angka ini terus mengalami perubahan. “Trennya, tiap tahun makin menyusut,” lanjutnya.
Siang itu, Batam Pos berkesempatan berbincang sejenak dengan pria asal Kediri di kantornya di Senggarang, Tanjungpinang. Obrolannya, seputar persiapan umat hindu menyambut hari raya Nyepi tahun baru Saka 1936 di Kepri. Purwadi menjelaskan, perayaan paling meriah biasanya ada di Batam. Ada benarnya penjelasan Purwadi. Dikarenakan jumlah pemeluk Hindu cukup tinggi di sana. Lantas, bagaimana perayaan Nyepi di Tanjungpinang? Mendengar pertanyaan itu, Purwadi, yang sudah tinggal di Kepri selama 12 tahun ini mengulum senyum. “Tanjungpinang kan belum ada pura,” ucapnya. Sehingga, selama rentang masa tinggal itu, setiap kali tiba perayaan keagamaan, Purwadi dan keluarganya mesti ‘melipir’ ke Bintan. “Di Bintan ada dua pura. Pura Girinata Puncaksari, di Gunung Kijang dan Pura Kerthi Dharma di Lagoi,” ujarnya.
Kemudian Purwadi beringsut sejenak ke balik mejanya. Ketika kembali, pria murah senyum membawa secari kertas. “Ini undangan perayaan Nyepi dari Keluarga Besar Hindu Dharma (KBHD) Bintan,” ujarnya seraya menyorongkan bundelan undangan tersebut. Purwadi mengatakan, sudah menjadi tradisi saban tahunnya, umat Hindu di Tanjungpinang merayakan hari raya Nyepi di Lagoi. “Karena yang di Kijang itu umatnya kan sedikit. Sekitar 15 orang saja,” jelasnya.
Disinggung mengenai pawai ogoh-ogoh, yang galib dikirab jelang perayaan Nyepi, Purwadi menyebutkan hanya ada di Lagoi saja. “Karena di sana lebih ramai. Saya dan teman-teman yang lain juga akan ke sana,” katanya. “Mau gimana lagi, neng kene sithik umate,” katanya, dengan bahasa Jawa yang fasih.


+F,Fatih.jpg)

