Suasana pameran foto KPC dan Mat Kodak Club di Lapangan Relief Antam Kijang, Rabu (16/7). F/Albet. |
Alternatif Baru Menunggu Azan Magrib, Tularkan Virus Fotografi ke Masyarakat
Sebelumnya, masyarakat Kijang menunggu waktu berbuka puasa dengan sekadar berburu takjil di kawasan Lapangan Relif Antam. Namun, ada yang berbeda pertengahan pekan kemarin. Sambil berburu takjil, masyarakat bisa memanjakan matanya lewat pesona 100 foto yang dipamerkan.
FATIH MUFTIH, Bintan.
Sudah jadi aksioma, detik-detik menunggu alunan azan magrib di bulan Ramadan bisa beringsut sangat lambat. Saking lambatnya, membuat masyarakat jengah bila sekadar menunggu dengan duduk bermalas-malas di rumah. Sehingga, hal ini membuat jalanan di kota manapun mendadak riuh lalu-lalang kendaraan. Termasuk di kawasan Kijang, Bintan Timur.
Ada banyak opsi yang dibisa dikunjungi, sekadar menghabiskan waktu menanti tabuh bedug magrib. Bagi yang ingin berbincang santai, bisa kongkow-kongkow di seputaran kolam taman kota bersama teman-teman. Akan tetapi, yang paling sah dan digemari adalah berburu takjil alias makanan kecil sekadar pengganjal perut alias pembatal puasa.
Tempat yang menjadi tujuan utama, tentu bazar takjil di kawasan Lapangan Relif Antam. Di sana, ada banyak ragam jenis kue-mueh yang bisa dipilih sebagai santapan pembatal puasa. Akan tetapi, sejak Rabu (16/7) hingga Minggu (20/7) lalu, ada yang pemandangan berbeda di tengah-tengah bazar takjil itu.
Di sana, ada beberapa jagrak lipat dari kayu yang berjajar sporadis di beberapa titik. Sementara di atasnya, pelbagai foto dibentangkan. Dipamerkan. Tampilan pada foto-foto itu pun tak tematik. Bercampur-campur. Ada lansekap panorama alam Kepulauan Riau. Potret dara-dara lawa dalam balutan budaya. Ada pula beberapa foto bertema kemanusiaan.
Ketua KPC, Andri Mediansyah mengatakan, keberagaman foto yang dipamerkan memang disengaja. "Agar masyarakat bisa menikmati macam-macam estetika yang bisa dibekukan oleh lensa," ujarnya. Dengan keberagaman semacam ini, lanjutnya, juga bisa menghindarkan pengunjung pameran dari kebosanan. Karena ada banyak pilihan foto yang bisa dinikmati.
Tak ayal, keragaman foto yang dipamerkan itu menjadi daya tarik tersendiri. Terlebih, Andri menyebutkan, KPC yang bermarkas di Tanjungpinang memboyong sebanyak 100 koleksi foto terbaik untuk diperlihatkan kepada masyarakat Kijang. Jadi, setiap harinya ada foto berbeda yang dipamerkan. "Pengunjung pun setiap hari bisa main ke sini, karena fotonya juga beda-beda. Kalau sama, pengunjung hari ini takkan datang lagi," ungkap pria yang bekerja sebagai jurnalis ini.
Sebenarnya, pameran foto merupakan agenda rutin komunitas fotografer yang dibentuk 2008 silam ini. Hampir di setiap hajatan yang membuka stan, KPC bakal ambil andil untuk memperlihatkan tangkapan-tangkapan lensa para penggawanya. Hanya saja, untuk pameran di ruang-terbuka bersempena dengan saat-saat menunggu waktu berbuka puasa, ini adalah kali pertama. Setelah terbersit dan memperoleh kesepatakan bersama, KPC kemudian mengontak Mat Kodak Club, sebuah komunitas fotografer yang bermarkas di Kijang. Dua komunitas ini lantas sepakat menaja kegiatan menghibur ini.
"Sekadar memberi alternatif baru bagi masyarakat Kijang dalam menunggu waktu berbuka puasa," kata Andri. Tidak hanya itu saja. Pertautan dua komunitas fotografi ini juga Andri nilai sebagai wadah silaturahim. Ketika orang-orang satu hobi berkumpul bersama akan ada perbincangan yang memperlebar wawasan dan pengetahuan baru. Dan ini yang dikejar penggawa KPC dan Mat Kodak Club. Sehingga, perbedaan wadah bukan jadi jurang pemisah. Tapi, wadah berbagi dan saling memberi masukan satu sama lain.
Tak heran, ketika masyarakat Kijang asik-masyuk menatap foto-foto, para penggawa KPC dan Mat Kodak Club juga punya keasyikan tersendiri. Terlihat, banyak dari mereka yang menjadikan momen ini sebagai ajang berburu foto untuk koleksi terbaru. "Sekalian cari suasana frame baru juga," kata Albet, anggota KPC asal Tanjungpinang.
Pada mulanya, pameran foto ini hanya akan diselenggarakan sehari saja. Namun, setelah melihat antusiasme pengunjung yang tak surut meski telah azan magrib, KPC dan Mat Kodak Club pun berinisiatif menambah masa pameran mereka. "Jadi ya sampai Minggu (20/7) ini," ujar Andri.
Antusiasme yang diperlihatkan masyarakat Kijang menjadi sinyal positif, betapa dunia fotografi mulai banyak digemari pelbagai kalangan. Para fotografer juga tak pelokek membagikan pengalamannya memotret. Termasuk menjelaskan teknik-teknik pengambilan foto yang paling moncer sekalipun. Selain itu, pameran foto semacam ini juga bisa menjadi sarana memperkenalkan eksotisme Kepulauan Riau yang tak ditahu banyak orang. Semisal, lansekap-lansekap pantai Anambas dan Natuna.
Maka dari itu, Baik KPC maupun Mat Kodak Club siap menjadi wadah bertanya bagi para fotografer pemula. Gairah mengabadikan momen melalui fotografi juga sesuatu yang ingin ditularkan oleh kedua komunitas ini. "Kalau boleh dikatakan virus, biar lebih banyak orang yang terjangkiti virus fotografi. Supaya momen-momen spesial mereka tak hilang begitu saja," cetus Andri.
Menurut bapak dua anak ini, menekuni dunia fotografi bukan suatu hal yang rumit. Bisa dipelajari meski tak melalui sekolah khusus. Andri sendiri mengaku, mampu mengoperasikan kamera profesional melalui hasil belajar secara otodidak. "Kamera jangan didiamin di rumah. Bawa jalan-jalan. Karena masih banyak objek menarik di Kepri yang bisa dieksplorasi dengan lensa," ungkapnya. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar