Jumat, 15 Agustus 2014

Refleksi Menjelang Perayaan Dirgahayu ke-69 Kemerdekaan RI di Kijang, Bintan Timur

Abu (69) sedang menjahit celana pelanggannya sembari
menunggu bendera jualannya laku terjual, Selasa (12/8).
F/Fatih.
Menambal Nasionalisme yang Dikoyak-koyak Sepi

Sudah jadi keharusan, hari kemerdekaan sebuah negara dirayakan. Dengan kibaran Merah-Putih di halaman. Sebagai pancang ingatan, di balik pengibaran itu ada perjuangan. Namun, hingga kemarin di Kijang, Sang Dwiwarna itu masih terjurai-jurai menjadi barang dagangan. 

FATIH MUFTIH, Bintan. 

Enam puluh sembilan tahun silam, Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Kemerdekaan yang diyakininya adalah hak setiap bangsa. Kemerdekaan yang berarti kebebasan bagi anak-anak bangsa mengelola dan membangun negaranya. 

Memperjuangkan hak sebagai bangsa yang merdeka, tidak dilalui sambil lewa belaka. Ada darah yang tertumpah. Ada nyawa yang meregang. Ada harta yang terkuras. Atas nama kebaikan anak-cucu ke depannya, 69 tahun yang lalu itu semua bukanlah apa-apa. 

Melihat Orientasi Pengenalan Kampus di Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid (STPS) Bintan

GM The Sanchaya Hotel, Murlidhar Rao, memberikan
motivasi bekerja di STP Sahid Bintan, Senin (11/8). F/Jay.
Genjot Motivasi Mahasiswa Baru, Hadirkan GM The Sanchaya Hotel

Ajang orientasi pengenalan kampus bagi mahasiswa baru di Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid (STPS) Bintan berlangsung semarak, Senin (11/8). Sekolah tinggi di Bintan Timur ini menghadirkan Murlidhar Rao, General Manager (GM) The Sanchaya Hotel. "Kalau disuruh bayar, gak tahu harus bayar berapa," guyon Bupati Bintan, Ansar Ahmad.

FATIH MUFTIH, Bintan. 

Pihak STPS Bintan menyadari, ajang orientasi pengenalan kampus tak boleh berlangsung biasa-biasa saja. Ajang ini dinilai sebagai pembentukan karakter tahap pertama tiap mahasiswa baru yang akan dididik menjadi tenaga kepariwisataan handal ke depannya. Bila hanya sekadar diisi dengan kegiatan banyolan-banyolan saja, dikhawatirkan tak meninggalkan kesan baik ke depannya. 

Untuk itu, STPS Bintan mengundang pihak The Shancaya Hotel, hotel bertaraf bintang yang sedang menanamkan investasinya besar-besaran di Bintan, untuk berbagi pengalaman mengenai dunia kerja kepariwisataan. 

Lebih Dekat dengan Khairan Aldhy (18), Sutradara Muda asal Tanjungpinang

Wulan Guritno dan Khairan Aldhy ketika syuting teaser
Heaven Island di Tanjungpinang. F/Dok Aldhy.
Ingin Menduniakan Kepulauan Riau, Heaven Island Siap Digarap ke Layar Lebar 

Tak syak, Tanjungpinang adalah arsenal seniman. Mulai dari Raja Ali Haji hingga Khairan Aldhy. Nama terakhir, adalah bocah 18 tahun yang telah menyutradarai dua film. Apresiasi atas karyanya datang dari para pesohor. "Di umur 18 tahun dia bisa buat film bertaraf internasional. Pegang omongan gue, this will go big," tulis Wulan Guritno di akun Path pribadinya. 

FATIH MUFTIH, Tanjungpinang. 

Sepintas, wajah Khairan Aldhy tak merepresentasikan usianya. Bagi yang kali pertama bersua dengannya, akan sulit percaya, bahwa usia Aldhy, demikian ia akrab disapa, belum genap 20 tahun. Namun, meski usianya belum genap berkepala dua, remaja satu ini tak bisa dipandang sebelah mata. Terlebih atas apa yang dilakukannya untuk Kepulauan Riau. 

Maka benarlah kata-kata mutiara dari George Eliot, novelis Inggris akhir abad 19, yang mengatakan, jangan menilai buku dari kavernya. Usia yang sedang dijalani Aldhy tak membuatnya berdiam diri. Dengan segenap kecintaan dan ketulusannya, ia melahirkan dua karya. 

Ketika Wakil Bupati Bintan, Khazalik Berbuka Puasa Bersama Persatuan Jurnalis Bintan (PJB)

Suasana buka bersama Wakil Bupati Bintan, Khazalik
bersama anggota Persatuan Jurnalis Bintan, di
RM Sederhana, Selasa (22/7). F/One.
Diiringi Gurauan Jagoan Capres, Ingatkan Batas Profesionalisme dan Kekeluargaan

Di meja makan panjang sebuah restoran, Khazalik meriung dengan belasan wartawan. Ini bukan gala konferensi pers kerja pemerintahan. Sehingga, tak satu pun pertanyaan yang diajukan. Karena ini sudah kesepakatan. 

FATIH MUFTIH, Bintan. 

Mantan Kepala Dinas Pariwisata Bintan ini menyebutkan, undangan temu wartawan ini sekadar sebagai ajang silaturahim. Karena, katanya, selama ini pertemuan lebih bersifat profesianlisme tuntutan pekerjaan. Khazalik sebagai narasumber. Sedangkan wartawan-wartawan Bintan, yang berasosiasi di Persatuan Jurnalis Bintan (PJB), adalah golongan yang mencari sesuap makan lewat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk mengkabarkan pada khalayak, ihwal kondisi Bintan kekinian. 

Maka dari itu, untuk mengendurkan urat pekerjaan, Khazalik dan Bagian Humas dan Protokoler Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bintan mengundang segenap anggota PJB untuk berbuka puasa bersama, di sebuah rumah makan ternama, Selasa (22/7). "Ingat, hari ini saya tak mau ditanyai apa-apa terkait pemerintahan. Karena kita di sini cuma akan makan-makan," ujar Khazalik. 

Mengunjungi Pameran Foto Street Ramadan Kepri Photo Community (KPC) dan Mat Kodak Club di Kijang

Suasana pameran foto KPC dan Mat Kodak Club di
Lapangan Relief Antam Kijang, Rabu (16/7). F/Albet.
Alternatif Baru Menunggu Azan Magrib, Tularkan Virus Fotografi ke Masyarakat

Sebelumnya, masyarakat Kijang menunggu waktu berbuka puasa dengan sekadar berburu takjil di kawasan Lapangan Relif Antam. Namun, ada yang berbeda pertengahan pekan kemarin. Sambil berburu takjil, masyarakat bisa memanjakan matanya lewat pesona 100 foto yang dipamerkan. 

FATIH MUFTIH, Bintan.

Sudah jadi aksioma, detik-detik menunggu alunan azan magrib di bulan Ramadan bisa beringsut sangat lambat. Saking lambatnya, membuat masyarakat jengah bila sekadar menunggu dengan duduk bermalas-malas di rumah. Sehingga, hal ini membuat jalanan di kota manapun mendadak riuh lalu-lalang kendaraan. Termasuk di kawasan Kijang, Bintan Timur. 

Ada banyak opsi yang dibisa dikunjungi, sekadar menghabiskan waktu menanti tabuh bedug magrib. Bagi yang ingin berbincang santai, bisa kongkow-kongkow di seputaran kolam taman kota bersama teman-teman. Akan tetapi, yang paling sah dan digemari adalah berburu takjil alias makanan kecil sekadar pengganjal perut alias pembatal puasa. 

Bincang Malam dengan Anindito Respati Giyardani, Kreator Tongsis Asal Indonesia

(Kanan) Babab mengambil foto selfie menggunakan
tongsis hasil kreasinya, Rabu (11/6) di Singapura. F/Fatih.
Bermodal Rp 1 Juta dari Kredit, Tongsis Sedang Dipatenkan di Amerika

Narsis atau mati. Itu slogan banyolan Anindito Respati Giyardani, sang kreator tongkat narsis (tongsis). "Kalau gak narsis, buat apa punya social media," kelakarnya. 

FATIH MUFTIH, Singapura. 

Rabu (11/6) malam, sekitar pukul 21.00 waktu setempat, cuaca Singapura begitu panas. Lantaran tak betah berdiam diri di hotel, wartawan koran ini memilih berjalan-jalan. Kebetulan seorang teman di kamar sebelah, juga sedang ingin menikmati suasana malam di negeri singa. 

Dengan mengendarai moda transportasi Mass Rapid Transit (MRT), kami menuju kawasan Orchard. Tak sampai 10 menit dari stasiun Dhoby Ghaut. Kata teman wartawan koran ini, kami akan menemui seseorang yang dianggapnya sebagai hantu di dunia jejaring sosial. 

Ketika Ansar Ahmad dan Khazalik Sahur Bersama Warga Kijang, Bintan Timur

Bupati Bintan, Ansar Ahmad dan Wabup Khazalik santap
sahur bersama di masjid Nurul Iman Kijang, Sabtu (5/7).
F/Fatih.
Tonton Dua Pertandingan Piala Dunia, Menuai Pujian di Twitter

Sabtu (5/7) malam lalu, Ansar dan Khazalik bersiteru hebat. Bupati dan Wakil Bupati Bintan ini sudah gulung lengan baju. Jotos-jotosan? 

FATIH MUFTIH, Bintan. 

Kedua pemimpin daerah ini duduk saling berjauhan di Akau Taman Kota Kijang, Bintan Timur. Sekira-kira, berselisih tiga meter dan beberapa kursi. Raut muka Ansar sudah tegang. Sementara Khazalik tersenyum sendiri sambil menatap layar telepon genggamnya. Gol yang dicetak Gonzalo Higuain di menit kedelapan sudah cukup untuk membuat Albiceleste mendominasi pertandingan. 

Malam Minggu kemarin, Ansar terpaksa menelan pil pahit, lantaran Belgia, tim yang didukungnya pada malam perempat final itu, gagal menundukkan Argentina. Berbanding terbalik dengan wakilnya, Khazalik, yang terlihat semringah usai pertandingan. Khazalik berteriak kencang untuk Lionel Messi dkk.