Bupati Bintan, Ansar Ahmad sedang menikmati kopi di Pasar Tani, suatu hari. F/ist |
Suka tak suka, ASEAN Free Trade Area (AFTA) sudah di depan mata. Siap tak siap, tahun 2015 masyarakat Indonesia harus menghadapinya. Bupati Bintan Ansar Ahmad menyadari itu dan memperbincangkannya.
FATIH MUFTIH, Bintan.
Usai meresmikan tiga gedung baru MA Madani di Cerukijuk, Kamis (17/4) lalu, Bupati Bintan Ansar Ahmad mendadak menolak diwawancarai. Ini sesuatu yang tak biasa. Pasalnya, selama ini Ansar dikenal dekat dengan para kuli tinta. Namun, Ansar punya alasannya. "Lebih enak sambil ngopi di Pasar Tani," ujarnya sambil melayangkan senyuman.
Di pasar yang belum lama diresmikannya itu, Ansar memesan minuman favoritnya. Bukan, minuman bersoda atau minuman dalam kemasan. Hanya secangkir kopi susu dan segelas air putih hangat. Lalu untuk mengganjal perut, Ansar hanya memesan beberapa tambul tradisional. Setelah menelan beberapa gigitan bakpau, Ansar mulai berbicara tentang banyak hal. Namun, satu yang paling menyita perhatian adalah pandangan sarjana Ekonomi lulusan Unri Riau ini tentang penerapan AFTA 2015 mendatang.
Sebelum mendengarkan pandangan Ansar, ada baiknya mengenal AFTA terlebih dahulu. AFTA merupakan kesepakatan 10 negara di kawasan Asia Tenggara untuk membentuk sebuah kawasan bebas perdagangan. Perjanjian perdagangan bebas AFTA dicetuskan ketika terjadi pertemuan tingkat Kepala Negara ASEAN atau SEAN Summit ke-4 tahun 1992 silam. Pada pertemuan itu, para kepala negara mengumumkan akan membentuk sebuah kawasan perdagangan bebas di Asean dalam jangka waktu 15 Tahun. Kalau dihitung seharusnya akan efektif berjalan secara penuh pada tahun 2007. Namun kenyataanya, AFTA ini akan aktif pada tahun 2015 atau 22 tahun kemudian.
Dengan diterapkannya kebijakan perdagangan bebas AFTA ini, nantinya tidak akan akan ada hambatan tarif (bea masuk 0-5%) ataupun hambatan non tarif untuk negara-negara anggota ASEAN. Dengan begitu, tentunya keuntungan dan tantangan akan muncul. Termasuk untuk Indonesia.
Sesaat sebelum membicarakan AFTA, Ansar justru berceletuk hal yang di luar dugaan. "Kopi susunya terlalu tebal," ucapnya sambil mengecapkan bibir. Akhirnya, ia diamkan kopi susu yang masih mengepul itu. Tak lama berselang, satu cangkir kopi susu baru sudah tersaji. Ansar lekas meraih dan menyeruputnya perlahan. "Nah, ini baru pas," ucapnya sambil tertawa.
Sebagai pemimpin di wilayah terdepan NKRI, Ansar mengaku penerapan AFTA tahun depan bisa jadi tantangan besar bagi masyarakat Bintan. Kondisi geografis tentu jadi faktor utama. Tapi, rupanya tidak itu saja. "Karena Bintan juga punya sumber daya alam yang luar biasa," ujar Ansar. Sehingga, bila benar-benar tidak dioptimalkan, lanjutnya, justru akan menjadi ancaman. Dan ini yang benar-benar tidak dikehendaki Ansar.
Maka tak heran, bila di suatu kesempatan memberikan kuliah umum, Ansar selalu mengingatkan perkara AFTA kepada para mahasiswa. Seperti ketika pemaparan singkat tentang Free Trade Zone (FTZ) di STAI Miftahul Ulum. Pun, ketika meresmikan tiga bangunan baru di MA Madani Cerukijuk.
Kepada mereka semua, Ansar tak bosan-bosan mengingatkan potensi besar pariwisata Bintan. Menurutnya, laju pertumbuhan investasi jangka panjang sudah banyak digesa di sektor pariwisata. Khususnya, kawasan wisata Lagoi. "Dalam waktu dekat ini, akan ada lima hotel berbintang yang akan dibangun serentak di kawasan Bintan Treasure," sebutnya. Satu yang pasti, kata dia, pembangunan itu akan banyak menyerap tenaga kerja produktif.
Sehingga, untuk menyiasati itu, Ansar telah menganggarkan dana miliaran rupiah dari APBD Bintan setiap tahunnya untuk menyekolahkan anak jati Bintan di beberapa perguruan tinggi ternama. "Di APBD Perubahan tahun ini, akan ada 60 siswa yang akan disekolahkan di Sahid," kata Ansar. Menurutnya, itu adalah sebagian kecil upaya mewujudkan persiapan sumber daya manusia (SDM) menyongsong penerapan AFTA tahun mendatang. "Ketika 2015 nanti AFTA dibuka, kita sudah tak bisa lagi menghalangi orang luar untuk berkerja," ujar Ansar. Maka, mau tak mau, peningkatan mutu SDM anak jati Bintan melalui jalur pendidikan merupakan prioritas Ansar saat ini.
Menurut Ansar ekspansi tenaga kerja asing ke Indonesia akan jadi ancaman serius. Pasalnya, kata dia, beberapa negara jiran seperti Filipina dan Thailand sudah menerapkan studi kebudayaan Indonesia di sekolah-sekolahnya secara gratis dan memiliki banyak peminat. Untuk apa itu semua? "Jelas untuk mempelajari psikologis bangsa kita, sehingga leluasa dan nyaman berkerja di sini. Kita, apa yang sudah disiapkan?" lontar Ansar.
"Kalau tidak, jangan heran bila manager, pelayan, satpam, hingga tukang sapu, saja akan diisi tenaga kerja dari luar," lanjut suami Dewi Kumalasari ini.
Kopi susu di gelas hadapan Ansar tinggal setengah, tapi bupati dua periode ini belum ingin menyurai obrolan tentang AFTA. Apalagi, di luar sana, hujan sedang turun lebat. Ansar bersama rombongannya justru kian betah berbincang.
Setelah sejenak terdiam memandangi rinai hujan, kemudian Ansar membagikan pengalamannya kala mengunjungi China, beberapa waktu lalu. Saat itu, Ansar berserta rombongan diajak meninjau secara langsung suasana kerja di sebuah perusahaan ternama. Betapa tercengannya Ansar, karena tak sekali pun mendapati senyum dari ratusan buruh di sana. "Semua tetap fokus sama kerjanya masing-masing," ucap Ansar. Lalu, Ansar melemparkan sebuah kelakar. "Coba kamu survey, pekerja asal negara mana yang paling sering buang air," katanya seraya terbahak.
Ansar tak memungkiri, banyak khalayak mengkhawatirkan penerapan AFTA tahun depan. Pun dirinya. Namun, Ansar menilai, bila mutu SDM bisa ditingkatkan dan dipadukan dengan SDA yang dipunya, Indonesia bisa jadi pesaing serius dan berbicara banyak di zona perdagangan bebas Asean. "Karena jangan sampai anak Bintan justru menangis di rumahnya sendiri," ujar Ansar serius.
Setelah kurang lebih satu jam berbincang tentang AFTA, hujan di luar mulai mereda. Sekda Bintan, Lamidi mengingatkan agenda Ansar selanjutnya. Setelah mentraktir seluruh pengunjung Pasar Tani, Ansar bangkit dari kursinya. "Kalau mau sukses, ya harus sukses sekalian. Believe me, it's just matter of time," ujarnya lalu beranjak ke Innova hitam BP 8 B yang sudah menggerung mesinnya di pelataran. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar