Tamu undangan dari Jakarta, justru asik berfoto di tengah kunjungan Menperin MS Hidayat ke smelter Bintan, Rabu (16/4). F/Fatih. |
Smelter atau pabrik pemurnian dan pengolahan bijih bauksit, memang jadi tujuan utama dari kunjungan sehari Menteri Perindustrian Mohamad Suleman Hidayat ke Bintan, Rabu (16/4). Namun, bukan smelter saja yang memukau mata Hidayat berserta rombongannya kemarin.
FATIH MUFTIH, Bintan.
Sesuai agenda yang diterakan, seharusnya rombongan Kementrian Perindustrian RI tiba di lokasi pembangunan smelter di kawasan Gunung Kijang, Bintan, pukul 10.15 WIB. Namun, hingga waktu yang ditentukan, belum terlihat iring-iringan mobil yang menuju lokasi smelter di balik bukit granit itu. Terdengar kabar, bahwasanya pesawat khusus yang membawa Hidayat bersama rombongan mengalami penundaan terbang. "Dengar-dengar delay," kata seorang pegawai humas protokoler Pemkab Bintan.
Mendekati tengah hari, baru terdengar dengung sirine mobil patroli pengawal (patwal). Di belakangnya, terlihat iring-iringan mobil-mobil mentereng. Satu yang paling mentereng. Mobil mewah berplat merah RI 22, begitu yang terlihat di nomor polisi mobil jenis Alphard hitam itu.
Setelah pintu kiri terbuka, tampaklah batang hidung orang yang sudah ditunggu-tunggu sedari tadi. Seketika beranjak beberapa langkah dari mobil, Hidayat mengedarkan pandangannya. Teriknya sinar matahari bukan kendala. Pasalnya, menteri asal Jawa Timur itu mengenakan kaca mata hitam. Setelah itu, ia berbisik dengan Bupati Bintan, Ansar Ahmad yang satu mobil dengannya. "Bapak memang diajak ikut rombongan menteri dari Jakarta," kata staf Humas Pemkab Bintan.
Tanpa menunda-nunda waktu lagi, Ansar lekas mengajak Hidayat untuk meninjau lokasi pembangunan smelter yang dikelola PT Bintan Alumina Indonesia (BAI) berkerja sama dengan anak perusahaan Nanshan Group asal Tiongkok, Nanshan Aluminium, dengan nilai investasi mencapai Rp 11 triliun atau satu miliar dolar Amerika itu.
Hidayat pun menengok peta yang menggambarkan denah pembangunan. Kemudian, ia beringsut mendekati pesisir pantai. Di sini, lagi-lagi Hidayat mengedarkan pandangannya sambil berdecak. "Ini bisa jadi smelter terindah di Asean," kata Hidayat, kepada awak media, yang turut mengiringinya. "Seperti danau seluas 15 meter," lanjut Hidayat sambil menuding perairan di hadapannya.
Ketika Hidayat dengan telaten menanggapi pertanyaan demi pertanyaan wartawan, sementara rombongan yang lain justru sedang "sibuk" di sudut lain. Beberapa anggota rombongan Kementrian Perindustrian justru sibuk berpose, mengabadikan potret mereka berlatar belakang pulau-pulau kecil di seberang lokasi smelter.
Memang, ada benarnya bila Hidayat mengatakan lokasi smelter di Bintan ini bisa jadi yang terindah di Asia Tenggara. Pasalnya, sehadapan dengan laut tempat tongkang bersandar, ada gugusan pulau-pulau kecil dengan lansekap kehijauan yang meneduhkan mata. Belum lagi, tepat di jelang pintu masuk smelter, ada bukit granit berketinggian sekitar 20 meter yang juga masih berselimut flora-flora alami.
Tak ayal, rombongan kementrian ini tak menyia-siakan kesempatan berkunjung ke smelter indah di Bintan ini. Ada yang berfoto bersama-sama. Bahkan ada juga yang melakukan foto sendiri alias selfie. Bahkan, di antara rombongan yang sibuk berfoto itu banyak yang menggumam dengan mengagumi keindahan alam Bintan. "Pekerja di sini enak ya. Kalau libur, bisa nyebrang ke pulau-pulau," ujar anggota rombongan. Temannya yang usai memotret rekannya itu pun tak mau kalah menimpali. "Kalau punya duit lebih, bisa langsung ke Singapura," timpalnya.
Melihat kondisi alam yang sedemikian memukau, Hidayat pun melancarkan pertanyaan tentang pengelolaan turisme kepada orang nomor satu di Bintan, Ansar Ahmad. "Lumayan juga," kata Ansar sambil menyunggingkan senyum, "Sehari mencapai 1000 sampai 1200 turis." Mendengar jawaban Ansar, Hidayat kembali berdecak. Menurutnya, Bintan ini kawasan yang sangat teranugerahi. "Karena kuat di sektor pariwisata dan industri," ujar Menteri Perindustrian ke-26 itu.
Usai puas meninjau smelter, Ansar mengajak Hidayat berserta rombongan ke sebuah resor ternama di kawasan wisata Lagoi. Dikarenakan di sana, sudah ada Gubernur Kepri Muhammad Sani yang sudah menunggu untuk bertemu wicara dengan para pengusaha.
Perjalanan dari lokasi smelter menuju Lagoi memakan waktu hingga satu jam lebih. Dikarenakan, rute terpaksa berputar arah terlebih dahulu dengan melewati kawasan ibu kota Bintan di Bandar Seri Bintan Buyu, sebelum berbelok arah dan menuju Lagoi.
Setiba di Lagoi, rombongan Hidayat yang ditemani Ansar disambut kedatangannya oleh Sani, yang sudah sedari tadi menunggu. Namun, tak elok bila langsung temu wicara, para rombongan pun terlebih dahulu menikmati sajian hidangan laut khas Bintan. Seperti, gonggong, ketam, dan ikan bakar. Hidayat terlihat lahap menikmati makan siang yang baru disantap sekitar pukul 14.00 itu. Pun rombongan kementrian yang lain. Sembari menyantap, mata mereka terpukau dengan lansekap perairan laut di sekitaran Sungai Kecil. Ada gugusan pulau kecil, burung-burung camar berterbangan, dan nelayan yang sedang melaut dengan sampannya. Semua rombongan menikmati makan siang itu sambil diselingi obrolan-obrolan ringan.
Hingga tak terasa, pemandu acara mengingatkan bila sudah tiba acara temu wicara antara Menteri Perindustrian, Ditjen Minerba, Gubernur Kepri, dan para investor undangan, yang dimoderatori oleh Ansar Ahmad. Meski pembicaraan menjurus perkara serius, namun suasana alam Bintan mampu mencairkan keadaan. Sehingga, tak jarang, diselipi tawa di sela temu wicara tersebut.
"Pantai Lagoi sangat mengesankan/banyak seafood dan ikannya/Terima kasih kepada masyarakat Bintan/atas sambutan hangatnya," itu pantun yang dilontarkan Hidayat, sesaat sebelum bersurai. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar