Penari Bintan membawakan tarian tradisi kontemporer pada parade tari Bintan 2014, Sabtu (21/4). F/ist. |
Siapa bilang gadis Bintan tak menawan? Yang berkata demikian, tentulah mereka yang tak datang ke lapangan Relief Antam Kijang. Karena, Sabtu (12/4) lalu, ada puluhan penari, yang tidak hanya piawai, tapi juga memikat mata.
FATIH MUFTIH, Bintan.
Mata Doni Ramadhan berbinar-binar ketika menatap panggung panggung di lapangan Relief Antam Kijang. Bukan karena permainan pencahayaan yang menghunjam dari segala arah. Bukan. Ada sesuatu yang membuat lidah mahasiswa asal Tanjungpinang ini tak kunjung berhenti berdecak. "Penarinya cantik-cantik," ucapnya dengan sorot mata yang tak beralih dari panggung.
Doni menjelaskan, dirinya rela menempuh perjalanan lebih dari 30 kilometer dari Tanjungpinang ke Kijang. "Sengaja nak tengok festival tari ini," katanya. Bahkan, Doni rela datang satu jam sebelum festival dibuka. "Rugi kalau tak dapat menonton ajang tahunan ini," kata mahasiswa yang mengaku baru sekali menyaksikan secara langsung pertunjukan tari yang ada di Bintan.
Namun, kendati perdana, Doni tidak bisa menutupi kekagumannya dengan penari-penari asal Bintan. Menurutnya, ada yang membedakan pertunjukan tari di Tanjungpinang dan Bintan. "Kalau boleh jujur, lebih cantik di sini penarinya," ucapnya sambil tertawa mengilai. Hanya saja, Doni buru-buru menghentikan tawanya. Ia mengatakan, itu baru alasan guyonannya. "Aslinya, pengin tahu perbedaan festival tari di Bintan dan Tanjungpinang," ungkap mahasiswa semester akhir ini.
Malam itu, Doni tidak sendiri. Pasalnya, dari ribuan pengunjung yang memadati lapangan Relief Antam Kijang, tidak sedikit yang berasal dari Tanjungpinang. Dayat, salah satunya. "Bosan malam mingguan di Pinang, jadi coba ke Kijang," katanya. Namun, ketika melihat antusiasme penonton yang datang, Dayat terkejut. "Tak sangka orang sini banyak yang suka nonton tari. Kire cume di Tanjungpinang aje," ucapnya dengan logat Melayu yang kental.
Karena tangan Dayat terlihat tak menggandeng tangan kekasih, kedatangannya ke Kijang, jadi punya tujuan lain. "Budak (anak, red) Kijang ini manis-manis. Tak kalahlah dengan Pinang," ungkapnya sambil menunjuk dua remaja putri sedang melenggang di sebelah kanannya. Beberapa kali telunjuknya mengarah ke penari-penari yang tengah rehat. "Sambil menyelam kan boleh minum air," katanya lantas mengikik.
Suasana yang riuh itu memang lebih banyak didominasi kawula muda. Banyak yang bergandeng tangan dengan pasangannya. Tapi, lebih banyak lagi yang bergerombol tanpa pujaan hati. Terlebih ketika melihat wajah rupawan para penari yang berlenggak-lenggok di atas pentas.
Guna menuntaskan rasa penasaran tentang wajah rupawan penari Bintan, Batam Pos berhasil menemui Jayanti Purnama Sari, penari dari sanggar Sang Nila Utama, Tanjunguban. Wajah dara 21 tahun itu sudah dipupuri bedak. Warna pipinya dibuat kemerah-merahan. Sehingga, ketika menyunggingkan senyum, pipinya kian berisi dengan riasan merah yang memekat. Senyum itu makin memikat lewat gigi gingsul kanannya.
Sari, begitu ia biasa dipanggil, mengaku selalu antusias menanti gelaran tahunan ini. "Setiap tahun, semakin tertantang. Karena jumlah sanggar di Bintan juga semakin banyak," ucap mahasiswa jurusan Ekonomi ini. Dari dia diperoleh informasi, bahwasanya sanggar yang sudah digelutinya sejak 2007 silam itu merupakan juara bertahan pada Festival Tari Bintan.
"Bila tahun lalu membawa tarian Pulau Nenang, tahun ini kami membawakan tarian bertema nakhoda," timpal Yuane Risky Febrika, teman menari Sari. Yuane atau yang biasa disapa Kiki, juga memiliki senyum sememukau Sari. Ketika senyum tersungging, pipinya mencekung. ada lesung pipit yang menceruk. Bedanya, ia terkesan malu-malu dengan lebih banyak merunduk sambil memainkan ponselnya. Kiki tidak banyak bicara lantaran tak sanggup menahan degup jantungnya. "Masih deg-degan, belum tahu menang apa nggak," ucapnya lantas berlalu.
Pada saat yang bersamaan, seraya menunggu pengumuman pemenang, terdengar lantunan dendang Laila Canggung dari biduanita di atas pentas. Kenyataannya, bukan Laila saja yang resah dan hatinya bingung. Pun Doni dan Dayat, yang seketika menanyakan nomor kontak Sari dan Kiki kepada wartawan koran ini. "Memang boleh tahanlah budak Bintan ini. Lawa-lawa ye," kata Dayat, sambil menyikut lengan Doni. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar