Usia tak menghalangi warga lansia Bintan berjoged oplosan, Kamis (29/5). F/Fatih |
Dari Berurai Air Mata, Hingga Goyang Oplosan Bersama
Kerut di wajah 875 orang lanjut usia (lansia) sekadar penanda. Bahwa usia hanya deret-deret angka yang harus dilupa. Selagi masih bisa tersenyum tulus, jiwa mereka tetap muda. Bahkan, untuk goyang oplosan sekali pun.
FATIH MUFTIH, Bintan.
Sejatinya, Kamis (29/5) Mei kemarin adalah hari libur nasional. Waktu yang paling tepat untuk dihabiskan bersama keluarga di rumah atau melancong ke tempat-tempat wisata. Tapi, jajaran aparatur Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bintan justru berkumpul di Aula Kantor Bupati Bintan di Bandar Sri Bentan Buyu.
Adakah ihwal penting, sehingga harus dirapatkan di hari libur? Bukan. Ini bukan tentang rapat-rapat tempat pejabat beradu argumen. Karena Bupati Bintan, Ansar Ahmad justru tampil santai dan datang ditemani sang istri Dewi Kumalasari. Peneraju utama Pemkab Bintan itu beserta jajarannya, mulai dari Sekretariat Daerah, Kepala Dinas, hingga Camat datang untuk merayakan Hari Lansia yang dirayakan serentak secara nasional Kamis kemarin.
Bila sebelumnya, perayaan Hari Lansia Nasional di Bintan dirayakan di kawasan wisata Lagoi dan Trikora, ada kesengajaan acara dialihkan ke dalam aula. Namun, pemindahan tempat ini tak lantas membuat acara rutin tahunan Pemkab Bintan itu sepi dari undangan. Aula yang berkapasitas 1.000 orang itu sesak oleh ratusan orang lansia yang datang dari penjuru kecamatan yang ada di Bintan.
Kepala Dinas Kesehatan Bintan, M. Roem mencatat ada 875 warga lansia yang berasal dari sembilan kecamatan. Dengan peserta yang nyaris 1.000 bila ditambahkan dengan staf puskesmas dan kecamatan yang diundang, mengusir lengang aula di hari libur nasional.
Rentetan acara dimulai sejak pukul 08.00 pagi dengan menggelar lomba senam massal di halaman kantor bupati. Warga lansia dari masing-masing kecamatan diminta membentuk satu kelompok senam. Awalnya, ada kecanggungan sesaat sebelum lagu pengiring diperdengarkan. Namun, ketika pemandu senam sudah memberi aba-aba lomba senam dimulai, keseluruh kelompok dengan lihai menggoyangkan kaki, pinggul, dan lengan seirama. Kendati keringat bercucuran, tak lantas mengurangi keselarasan gerak dengan irama. Bahkan hingga senam usai, ratusan warga lansia ini gelak tawa masih riuh terdengar. Sebuah pemandangan yang lebih menyerupai perjumpaan karib yang lama tak bersua. Terdengar hangat dan akrab.
Setelah masa istirah mengusap peluh dan menarik napas, ratusan warga lansia itu dikumpulkan di dalam aula kantor Bupati Bintan. Sesuai dengan yang diagendakan, akan ada pengajian yang dibawakan seorang mubaligh dari Batam. Namun, suasana paling haru justru bukan ketika sang penceramah mendodoikan ayat-ayat suci. Akan tetapi, kala Ustad Umari membacakan doa saat membuka acara.
Meski memimpin pembacaan doa, Ustad Umari tak kuasa menahan sesenggukan yang menggejolak dari kerongkongannya. Air matanya menetes kala melafalkan permohonan agar di usia senja, masih bisa berbuat yang terbaik dan berguna bagi sesama. Beberapa warga lansia di barisan belakang juga tak kuasa menahan air matanya, yang bulir-bulirnya mulai bercucuran menganak-sungai di pipi.
Suasana haru pun melanda Ansar Ahmad. Tatkala menyampaikan sambutan, suara bupati dua periode itu rada tertahan kala mengingatkan betapa kasih sayang orang tua itu tak mengenal batas. Meski Pemkab Bintan menyediakan rumah lansia, Ansar tetap mengingatkan agar tak satu pun anak yang menitipkan orang tuanya di sana. "Karena baru terasa, ketika orang tua itu sudah tak ada lagi. Duduk menunggui pusaranya, semuanya sudah tak mungkin kembali," ucap Ansar lirih. Selain itu, keberadaan warga lansia di Bintan, sambungnya, bukan sebuah beban pembangunan. "Tapi bapak-bapak ibu-ibu yang di sini adalah bagian penting dari pembangunan. Karena doanya makbul, kutukannya manjur," pesan Ansar.
Kemudian, setelah penyerahan hadiah kepada pemenang lomba senam massal, ratusan warga lansia bukannya langsung pulang. Akan tetapi, ditemani artis lokal Bintan, mereka justru ditantang bergoyang. Pantang dicabar. Beberapa ibu-ibu lanjut usia sontak merangsek ke atas panggung. Mengambil posisi dan menyaingi artis bergoyang oplosan. Tawa meledak. Gaungnya membahana seantero aula. Seluruh warga lansia se-Bintan itu barangkali kadung sadar, usia hanya sekadar angka yang harus dilupa. "Semua itu tak usah dipikir sangat, asal senang boleh tetap sehat," ucap Jumini, perempuan lansia asal Gunung Kijang. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar