Abu (69) sedang menjahit celana pelanggannya sembari menunggu bendera jualannya laku terjual, Selasa (12/8). F/Fatih. |
Menambal Nasionalisme yang Dikoyak-koyak Sepi
Sudah jadi keharusan, hari kemerdekaan sebuah negara dirayakan. Dengan kibaran Merah-Putih di halaman. Sebagai pancang ingatan, di balik pengibaran itu ada perjuangan. Namun, hingga kemarin di Kijang, Sang Dwiwarna itu masih terjurai-jurai menjadi barang dagangan.
FATIH MUFTIH, Bintan.
Enam puluh sembilan tahun silam, Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Kemerdekaan yang diyakininya adalah hak setiap bangsa. Kemerdekaan yang berarti kebebasan bagi anak-anak bangsa mengelola dan membangun negaranya.
Memperjuangkan hak sebagai bangsa yang merdeka, tidak dilalui sambil lewa belaka. Ada darah yang tertumpah. Ada nyawa yang meregang. Ada harta yang terkuras. Atas nama kebaikan anak-cucu ke depannya, 69 tahun yang lalu itu semua bukanlah apa-apa.